:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3337098/original/074187700_1609328705-20201230-Rupiah-Ditutup-Menguat-7.jpg)
Liputan6.com, Jakarta Mata uang rupiah kembali menunjukkan pelemahan di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian. Kurs USD to IDR sore ini ditutup melemah 17 poin ke posisi 16.455 per dolar AS, meski kurs JISDOR Bank Indonesia justru menunjukkan penguatan ke level 16.421 per dolar AS.
Dikutip dari ANTARA, Senin (5/5/2025), Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menilai bahwa tekanan terhadap rupiah banyak dipengaruhi oleh belum redanya isu perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Menurutnya, pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan tidak memiliki rencana untuk berdialog dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping turut memperburuk sentimen pasar.
Di saat bersamaan, Trump juga mengindikasikan bahwa AS tengah mempersiapkan perjanjian dagang dengan sejumlah negara dan masih membuka komunikasi dengan Tiongkok, meski arah kesepakatan tetap belum jelas.
Negosiasi Perdagangan AS-Tiongkok Masih Dikelilingi Awan Ketidakpastian
Meski kedua negara raksasa ekonomi itu sempat menunjukkan tanda-tanda perbaikan hubungan dagang, konflik tarif yang berkepanjangan sejak perang dagang berlangsung hingga April 2025 membuat pasar tetap cemas.
Pemerintah Tiongkok pun menegaskan bahwa kemungkinan perundingan lebih lanjut dengan AS hanya bisa dilakukan apabila dilakukan secara tulus dan disertai pencabutan tarif sepihak.
Ketidakpastian ini menjadi salah satu sumber utama volatilitas di pasar keuangan, termasuk mempengaruhi nilai tukar rupiah yang rentan terhadap perubahan sentimen global.
Sikap The Fed dan Tekanan Trump Membayangi Pasar Keuangan
… Selengkapnya
Selain isu perdagangan global, pelaku pasar juga menyoroti kebijakan Federal Reserve yang akan dibahas pada pertemuan akhir pekan ini.
Ekspektasi pasar menunjukkan The Fed kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga acuan, sambil mencermati dampak kebijakan tarif terhadap inflasi domestik.
Ketegangan antara Presiden Trump dan The Fed pun makin menjadi sorotan, karena Trump terus mendorong agar suku bunga diturunkan.