:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3288391/original/052713500_1604584533-medical-team-performing-operation-group-surgeon-work-operating-theatre_254969-560.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Dokter spesialis jadi sebuah profesi dengan pendapatan bulanan di atas rata-rata, baik yang bekerja di rumah sakit swasta hingga RSUD milik pemerintah di daerah terpencil. Selain dari gaji, seorang dokter spesialis juga ternyata masih bisa mendapat cuan profesional secara sah lewat cara lain.
Isvarani Devana Irawan, seorang dokter spesialis anak di tiga rumah sakit swasta di kawasan Tangerang, Banten bercerita, dirinya kerap mengisi posisi jadi seorang narasumber pada suatu event tertentu.
“Secara legal kalau menjadi narasumber akan dibayar juga. Diperbolehkan kok, mengisi acara-acara menjadi pembicara. Lumayan tambah-tambah, tergantung kitanya mau atau enggak,” ujarnya kepada Liputan6.com.
Wanita yang akrab disapa Isva ini mengatakan, dirinya yang punya latar belakang S2 juga kerap ditawarkan untuk menjadi seorang pengajar. Namun, profesi sampingan itu belum diambil.
“Kalau mau jadi pengajar, dapat tambahan lagi. Saya beberapa kali ditawarin, namun hingga saat ini belum menjalani sebagai pengajar,” kata Isva.
Lantaran, pekerjaan tambahan sebagai pengajar itu bakal menguras waktunya. Usai ditinggal wafat suaminya, Isva yang kini juga berperan sebagai orangtua tunggal tak ingin melepas waktu dari kedua anaknya. Sebab, pekerjaan di tiga RS saja sudah sangat menguras waktu.
“Kebetulan saya single fighter. Jadi mau enggak mau ya harus lebih ekstra. Saya satu minggu 70 jam kerja,” beber dia.
“Aku full, kecuali Minggu sore enggak ambil kerja. Sama anak-anak aja. Atau, kalau hari libur aku cuman ambil praktik pagi,” dia menambahkan.
Lelah dan Berjauhan dengan Anak
… Selengkapnya
Keputusan ini diambil lantaran tempat kerjanya di tiga rumah sakit yang tidak saling berdekatan. Isva pun mengakui jika pekerjaan yang dijalaninya sangat melelahkan, meskipun terbayarkan oleh hasil.
“Kalau dibilang capek, capek lah, sangat capek. Jauhan dari keluarga, jaga terus di RS, belajar, bantu supervisor. Belajar sungguh-sungguh aja masih suka lupa setelah lulus,” ungkapnya menceritakan.
Pengorbanannya tidak sia-sia. Lantaran, Isva mengaku segala jerih payahnya terbayarkan. Berkat penghasilan sebagai dokter spesialis anak yang terbilang jumbo.
“Gaji dokter spesialis, puluhan bahkan ratusan kali lipat dari gaji dokter umum. Dokter umum ya, dua digit (per bulan) saja sudah syukur sekali. Kecuali sambil merangkap manajemen saat kerja,” urainya.
Gambaran Besarnya Gaji Dokter Spesialis
Isva lantas menceritakan, seluruh pengorbanannya selama kuliah S2 bisa terbayarkan dengan pendapatannya sebagai dokter spesialis. Jika dibandingkan dulu saat masih internship, gaji bulanannya hanya di kisaran Rp 2,3 juta per bulan.
Sementara ongkos kuliahnya saat menjalani kuliah dokter spesialis (S2) di Universitas Sam Ratulangi, Manado berkisaran Rp 24-25 juta. Jika ditotal seluruh masa kuliah 4 tahun, biaya kuliah tersebut menelan Rp 200 juta lebih.
“Kalau untuk uang sekolah saja, gaji bulan pertama nutup semester pertama, bahkan lebih. Jadi 8 bulan saya kerja udah beres uang sekolah (dokter spesialis) selama 4 tahun,” papar dia.
“Bahkan ada yang gaji 1 bulan udah bisa nutup (semuanya). At least 4-6 bulan kerja udah nutup kalau sudah praktik (sebagai dokter spesialis) 3 tahun lebih,” dia menekankan.
… Selengkapnya