:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5218378/original/028539400_1747138576-20250513_181549.jpg)
Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti melemahnya konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Pelemahan ini turut berkontribusi pada menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani mengatakan, konsumsi rumah tangga menjadi yang terlemah dalam 5 kuartal terakhir. Meski, konsumsi rumah tangga masih mencatatkan pertumbuhan 4,89 persen.
“Kalau kita lihat pada kuartal ini konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,89 persen, terendah dalam 5 kuartal terakhir, dan melanjutkan tren di bawah 5 persen meskipun ini mencakup periode Ramadan yang biasanya mendorong peningkatan belanja masyarakat,” kata Shinta dalam Media Briefing, di Kantor Apindo, Jakarta, Selasa (13/5/2025).
Selain konsumsi rumah tangga yang dinilai lemah, dia juga menyoroti belanja pemerintah yang ditahan pada triwulan awal 2025 ini.
“Kita juga lihat kontraksi belanja pemerintah. Ini juga satu faktor yang kita harus perhatikan, 1,38 persen. Ini mencerminkan arah kebijakan fiskal yang lebih ketat,” ujarnya.
Shinta memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,87 persen di kuartal I-2025 cukup baik. Namun, tantangan-tantangan yang ada perlu diwaspadai kedepannya.
Investasi
… Selengkapnya
Lebih lanjut, Shinta melihat adanya pelambatan dari sisi investasi, meskipun dia mengakui target yang ditetapkan oleh pemerintah telah tercapai. Kendati begitu, ada sisi pembentukan modal bruto yang dinilai melemah.
“Kalau kita lihat dari segi pembentukan modal tetap brutonya itu ada tren pelemahan yang hanya tumbuh 2,12 persen pada kuartal pertama (2025). Lebih rendah dibanding kuartal keempat 2024 yang mencapai 5,03 persen, dan menjadi pertumbuhan terendah dalam 2 tahun terakhir,” tuturnya.
“Jadi kita lihat bukan target investasinya itu saya rasa kita patut apresiasi dicapai tapi lebih perlambatan PMB-nya,” tambah Shinta.
Investor Tahan Dana
… Selengkapnya
Dia menjelaskan pula, melemahnya pembentukan modal bruto itu imbas dari investor yang cenderung tahan dana. Termasuk terpengaruh oleh ketidakpastian ekonomi global.
“Ini juga dipengaruhi oleh beberapa sikap wait and see dari investor di tengah ketidakpastian global dan transisi global,” ujar dia.
Shinta mencatat besaran ekspor Indonesia yang melemah 7,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global hingga menurunnya harga komoditas.